Badai pasti berlalu, kalimat penenang penguat jiwa. Dulu aku
selalu percaya, bahkan kagum akan kata itu. Tapi kini, aku mulai berpikir,
badai takan pernah berlalu. Mungkin ia telah pergi, tapi akan datang badai
badai yang lain. Aku sudah bertemu dengan puluhan badai. Yang kupikir mereka
hanya mampir, dan segalanya akan berakhir bahagia. Bohong, fakta itu hanya di
negeri dongeng. Di bumi tempat manusia berpijak, terlebih disini dalam perahu
kehidupanku, badai silih berganti menyapaku.
Sering kubertanya pada hembus
angin malam, akankah terus seperti ini? Tak bisakah perahuku tertambat lebih
lama, kenapa cepat sekali ombak menerjangku? Kadang kutengok perahu tetangga,
damai tenang ditengah lautan, jikalau ada badai itupun takan singgah lama. Perahu
yang kutekankan disini adalah
keluargaku. Perahu dimana suara tangis masa kecilku terdengar. Perahu dimana sembilan
bulan ibu mengandungku. Kenapa perahu iniselalu karam? Sudah berulang kali
direnovasi, tapi selalu berakhir seperti ini. Pernah ku berpikir, apakah ini
kutukan? Siapa yang bersalah diantara kami? Siapa yang mengutuk?
Kisah dalam
perahu ini secuil terdengar ke telinga orang orang awam. Sisanya tersimpan dan
terpendam. Mirisnya hanya kisah teragis dan keburukan yang bocor keluar. Senyum
dan bahagia hanya tersimpan, bahkan mungkin dilupakan. Apakah hanya aku yang
menyimpannya? Membingkainya, dan kupajang di sisi terdalam hatiku. Tapi pemikiran
negatifku itu sangatlah tidak dewasa. Sama saja aku menyalahkan Tuhan. Aku sering
dengar ribuan kisah di dunia. Kisah teragis, kisah bahagia.
Dan aku mengalami
satu kisah di dunia ini. Kisah bahagia dengan rasa pilu yang tersembunyi. Mereka
mungkin tak tau. Mereka mungkin tak mengerti. Tak sepenuhnya yang mereka lihat
dan pikirkan tentangku itu benar. Yang jelas, aku punya mimpi yang kukubur, aku
ingin kami utuh, aku ingin kisahku saperti kisah perahu lain yang berakhir indah.
Tapi apakah hanya akan terkabul di negeri dongeng? Hanya Tuhan yang tau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar