Bulan november, tahun ke 2, di bangku SMA. Hanya seperti
ini, terkadang menjenuhkan. Terkadang kumemuji hari hari yg kulalui. Tapi terkadang
kumemakinya. Perubahan demi perubahan tiap tahun menimpaku. Tak terasa jiwaku
mendewasakan dirinya.
Tak ada kisah yang dapat kutuang dalam lembar ini. Hanya biasa
seperti pada umumnya, ombak permasalahan memang ada tapi entah kenapa enggan
menorehkannya disini. Bahkan sudah lama tak kusapa diaryku.
Tapi sejujurnya, banyak yg kulalui. Akhir2 ini aku sadar
akan berharganya seseorang. Ya. Yg ku pikir akan selalu ada.
Menata kegiatanku,
menjaga kesehatanku, meluruskan perilaku menyimpangku, mebereskan buku2ku, tak
henti membawa sepiring makanan meski sring kutolak., mencuci pakaianku,
memasukan uang ke sakuku, tak terhitung, takan mampu lembar ini menampung
segala campur tangannya dalam hari hariku.
Ibuk betapa berharganya kau dalam
hidupku. Ibuk bukanlah ibuku, tapi ialah nenekku, yang bagiku lebih dari
seorang ibu. Tetesan air mata menyempuranakan ketulusan akan lembar ini.
Yang bersuara
dari dalam jiwaku. Berteriak lembut memanggil namamu. Ingin ku berucap.
Terimakasih.
Bahkan kuingin ungkapkan lebih dari itu sampai tak ada satupun
kata tertuang, yang mampu mewakili rasa
terimakasihku padamu. Aku menyayangimu. Nenekku adalah satu dari sekian hadiah indah
yang diberikan Tuhan untukku.