Rabu, 05 November 2014

Maaf

Maaf terkadang aku bodoh...
 maaf adakalanya aku ceroboh...
maaf aku hanya bisa berkata maaf...
maaf jika aku selalu membuat kalian marah...
maaf jika kata yang terlontar hanya membuka masalah baru...
 maaf aku bukan orang yang menyenangkan...
 maaf jika aku lemah...
 maaf jika aku hanya bisa menangis kala kalian marah...
 maaf jika aku menyebalkan....
 maaf karna aku hanya sosok yang tak berarti...
 maaf semuanya, karna nana hanya manusia ceroboh yang haya bisa berkata 'maaf' :'(

Jumat, 31 Oktober 2014

Sosokmu dalam Gantungan Kunci

Aku rasa, lelah kata yang pas untuk detik ini, memejamkan mata barang semenit saja sangatlah mahal harganya. Skripsi yang memaksa fisik terus terjaga, meski nyatanya lamunanku kembali pada tiga tahun silam.

Flashback on
Hari itu, tahun 2011
"kak, satu permen harganya berapa yaahhh?" gadis mungil menarik  ujung kemeja yang kukenakan, matanya teduh nampak  lugu. "seratus rupiah, memangnya kenapa dek?" balasku, Ia mengulas senyum.

"seseorang menyuruhku menyampaikan pesan untuk kakak, dengan imbalan lima buah permen kurasa kurang…" ia tertunduk malu, kaki mungilnya ia gesekan ketanah. Seakan tau maksudnya, ku rogoh saku kemejaku, menyerahkan dua lembar uang seribuan ke tangannya.
"terimakasih kak, ini untuk kak…." Gadis itu menggantungkan kalimatnya, tangannya terulur menggenggam kertas bercorak bunga.

"Rena.. terimakasih yahh.." kuulas senyum serambi  meraih kertas itu. Kertas berukuran tanggung dengan corak bungga sepatu, tak tertera nama didalamnya. 'hai Ren, masih ingat aku? Jangan bilang lupa… kamu udah gede ya sekarang… jangan lupa janji kita dulu, taman sakura jam empat sore…'
 Hanya pesan singkat itu yang kudapati. Satu nama terlintas dibenakku 'Ryan' anak itu masih sama, nyalinya tak bertambah sedikitpun. Ku ulas senyum mengingat sosok Ryan, yahh dia sahabatku, sahabat  semasa kecilku.

Setengah jam duduk disini tak membuatku jenuh, anak anak  berkisar  lima tahun berlalu lalang dibawah pohon sakura, ada yang berlari merentangkan tangannya, ada pula yang menjerit saking girangnya. Ini sepuluh kalinya kulirik arloji ungu yang melilit pergelangan tangan kiriku. 'huuhhh, bagaimana bisa seseorang tak berubah sama sekali setelah dua tahun berlalu?'

Kulemparkan pandang pada jalan setapak yang tak jauh dari taman, sepeda oranye tambak melaju kian cepat, tepat diatasnya seorang pemuda berpawakan kurus mengayuhnya antusias, peluh menghias wajah pria itu. Kepalaku menggeleng pelan, paham akan tingkah lakunya.
Pemuda itu tergopoh gopoh kearah ku, ia berhenti sejenak mengatur napasnya yang memburu. "maaf… apa sudah lama?" ucapnya masih berdiri disana, "duduklahh.." dengan lembut kuraih tangannya, memaksanya mengisi tempat kosong disampingku.

"hhh~ kamu  ini, masih sama yaa… jangan jangan kamu juga masih jarang mandi?" cibirku, kulirik ia sekilas, anehnya ia tak marah, hanya tertunduk, wajahnya nampak berpikir keras.
"Ren… boleh, aku mengulangi pertanyaan yang sama?" kini manik matanya menatapku dalam, mata yang tampak sayu namun menentramkan. Pertanyaan yang sama?' bibirku mengatup rapat, ku hanya menggelengkan kepala, tau apa yang akan ia katakan.

"Ini terakhir kalinya Renn… kumohon dengerin aku, aku tak tau apa Tuhan akan memberi kesempatan yang sama untukku?" mata sayu itu kini dilingkupi air mata. Tangannya bergetar menggenggam jemariku, 'tes' air mata itu jatuh jua menelusuri lekuk wajahnya. Ia tak melepaskan pandang dariku. Entah rasa apa ini 'sesak' tak sadar air mata menggenangi pelupuk mataku, aku masih enggan membuka mulut.

"Rena… aku nggak peduli kamu suka atau enggak, yang jelas aku cuma pengen kamu tau, perasaanku ke kamu masih sama bahkan bertambah, aku suka kamu Ren, mungkin balasanmu masih sama, tapiku harap kamu merubahnya, Rena kamu mau nerima aku?" Ryan mengeratkan genggaman tangannya, matanya tak menampakkan keraguan.

"yan, kamu tau sendiri kan? Ini enggak mungkin, kamu bisa nrima aku, tapi apa orang tuamu memikirkan hal yang sama? Aku gak mau merubah Ryan menjadi anak yang durhaka, aku juga nggak bisa memberikan hal yang yang layak kamu terima, keterbatasanku yang gak nrima kamu.. maaf… aku gak bisa merubah semuanya" kualihkan pandanganku darinya, air mataku tak  terbendung lagi, meluncur bebas berkebalikan dengan hatiku yang seakan terpasung oleh keadaan.

Keheningan, memenuhi taman ini, dimana aku dan Ryan masih duduk diposisi yang sama, bedanya kini kami duduk berjauhan, tak sepatah katapun yang terlontar, masih sibuk dengan pikiran masing masing. 'tak ada gunanya semua ini.. berada didekatnya hanya membuatku terperosot semakin dalam' pikiran itu memaksaku bangkit.
"aku harus pulang, kuharap pertemuan kita berikutnya lebih baik dari ini.." hanya kata itu yang mampu kulontarkan, kini kudapati diriku menjauh menembus sinar senja, dipersimpangan kulihat ia masih terduduk tak berkutik sedikit pun.

Flasback off
Detik ini, tahun 2014
Kringgggg' kringgggg' kringgggg' dering nyaring telepon membangunkanku dari nostalgia singkat tentang Ryan, tubuhku bersandar lemas pada kursi putar yang tak asing bagiku, kertas skripsi berserakan dimeja ada pula yang jatuh kelantai. Kuraih ganggang telepon disudut meja belajar, dan langsung saja ocehan Nena memenuhi telingaku, seperti biasa, mengingatkan makan, istirahat, belajar , segala agenda keseharianku, bedanya ucapan ulang tahun yang ia teriakan setiap tahunnya kembali kudengar.
 "iya terima kasih mak, jadi… mulai sekarang jangan berlebihan lagi, aku sudah dua puluh tahun, iyaa, sampai ketemu besok" kusudahi  percakapanku dengan Nena via telepon. Tiga puluh menit rekor tercepat, biasanya Nena baru akan memutus telepon bila sudah lebih dari satu jam.

Ku abaikan kertas skripsi dan segala hal perkuliahan, segera kubangkit meraih mantel yang tergantung apik ditepi dinding, Aku berjalan entah kemana meninggalkan kontarakan minimalis yang kudiami memasuki gelapnya malam.
Empat kali mengitari jalan yang sama, sampai langkahku terhenti menatap gantungan kunci  yang dipajang apik pada toko di pusat perbelanjaan kota, bagian atas toko tepat pada perbatasan atap bertuliskan 'Miracle'
Lagi, anganku terseret ke hari yang sama bulan yang sama seperti saat ini,

Flasback on
19 Desember 2011
Setelah pertemuan pertamaku dengan Ryan, kupikir ia akan membenciku dan berusaha menghindari keberadaanku. Jauh dari dugaan, kami semakin dekat, seakan tembok yang dulu telah runtuh, hanya kedekatan kami tak lebih dari sebatas  sahabat, kata cinta yang sering terlontar dari mulut Ryan telah lenyap dari kupingku.

Hari menuju hari berjalan sangat indah, tak ada satu haripun tanpa memory tentangnya. Seperti hari ini, tepat hari ulang tahunku yang ke tujuh belas.
Kami berjalan mengitari kota, malam yang cukup dingin di bulan desember, Ryan mendorongku yang terduduk pada kursi roda, inilah keterbatasan yang kumaksud, keterbatasan yang merubah takdir kami.

Kami singgah di warung makan sederhana yang tentu menunya tak kalah sederhana, tapi disini tempat favorit kami, menu yang biasa dipesan sudah tertata apik diatas meja, tanganku yang  tak sabar meraih mangkuk mie ayam terhenti oleh tangan Ryan, ia menarik kedua tanganku dalam genggamannya, mata itu kembali menatapku, sama persis seperti pertemuan pertamaku dengannya, hanya air mata yang dulu sama sekali tak tampak, matanya yang dulu sayu kini berbinar, ia melepas genggamannya, kini kudapati gantungan kunci perak dengan bentuk lumba lumba pada genggamanku, motif bintang mengitari tiap sudutnya.

 Aku kembali menatap Ryan, senyum tulus terulas diwajahnya. "anggap ini sebagai aku, meski keberadaanku sangat jauh, tapi aku selalu ada disini, jaga baik baik yaaa… mungkin sederhana mungkin bukan liontin atau kalung emas seperti kebanyakan, tapi ketulusanku lebih besar dari kebanyakan… Ren, makasih atas hari hari yang kamu kasih ke aku, makasih udah buat aku ngerasain ini, semua yang kamu beri dalam hidupku akan menjadi kenangan indah yang akan kubawa kesana…" setelah mengucapkannya Ryan berbalik memunggungiku,

Bisa kulihat punggungnya bergetar, sudah pasti ia menangis, mungkin ia tak ingin terlihat lemah, ia selalu berkata ingin dikenang sebagai pria paling tangguh didunia. Entah kenapa melihatnya seperti ini ada rasa ganjil yang singgah didalamku, firasatku bertambah buruk. Setelah hening cukup lama Ryan kembali menatapku senyum merekah lebar dari mulutnya menampakan giginya yang tersusun rapi.

Lima bulan setelah hari itu, setelah ia mengantarku pulang, tak pernah sekalipun sosoknya terlihat olehku, pernah kucoba mencarinya kesegala tempat, kuhubungi teman temannya, siapapun yang dekat dengannya, tapi hasilnya 'nihil' lagi keterbatasanku menjadi penghalang untuk mencarinya lebih keras, hanya gantungan kunci yang tersisa, yang selalu kungenggam bahkan saat kutertidur.

Flasback off
Detik ini, di bulan dan hari yang sama,
Dari hari itu sampai detik ini semua masih sama, tak ada perkembangan. Ryan masih belum kembali, hanya kakiku telah kembali, kini aku dapat berjalan sejauh mungkin, tapi itu saja tak cukup untuk melacak jejakmu,aku tak sabar menemuimu, tak sabar kuberlari kearahmu memperlihatkan betapa sehatnya aku. Tapi aku hanya bisa menanti, menantimu seperti dulu, menanti gadis kecil memberiku selembar kertas berisikan pesan darimu, tapi sampai kapan?

 Kurogoh saku mantelku, merasa tak menemukan apapun kurogoh semakin dalam, dan beralih ke kantung yang lain, rasa panik mulai menjalariku. Aku berlari menelusuri tiap langkah yang sebelumnya kulewati, hilang, tak mungkin.

"Nona, apa ini milik mu?" sentuhan tangan pada bahuku, memaksaku menoleh. Mataku terbelalak, menyadari siapa wanita paruh baya dihadapanku.
"Rena?" mata wanita itu menatapku lekat, tatapan benci yang dulu sempat kulihat berlalih menjadi tatapan lembut penuh kerinduan. "tante?" ucapku, yang dibalas pelukan olehnya, tangisnya pecah sarambi mendekapku.
 "mau temani tante minum kopi?" tanyanya menyudahi pelukan kami, anggukan kepalaku menjawab ajakannya.
Kini kami duduk berhadapan disebuah kedai kopi yang cukup terkenal di kota ini, 'Destiny cofee shop'

Mulutku terkatup rapat, tangan ku mencengkram erat mantel bulu yang kukenakan, rahang ku terasa kaku begitu pula tubuhku, keringat dingin mulai menjalariku, aku berusaha keras mencerna segala cerita tante Dira, ibu dari Ryan, cerita konyol yang sangat memuakan.
Meski tengah bercerita, air matanya terus meluncur manik mata itu tak sedetikpun melepaskanku. 

Tante Dira terdiam, ia selesai dengan ceritanya, tapi tangisnya belum juga berujung.
"tante bukannya, benci Rena, bukannya tidak merestui kalian.. tante hanya tak ingin kamu hidup menderita, kamu udah tante anggap anak sendiri, rasa sayang tante ke Rena sama seperti rasa sayang tante ke Ryan… Rena tolong jangan benci tante…" kini tangan Tante Dira menangkup seisi wajahnya berusaha mmenhentikan tangisan yang tiada ujung.
Aku bangkit dengan tubuh bergetar, ku hempaskan tubuhku dipelukan tante dira, membebaskan ribuan air mata yang sedari tadi berontak ingin keluar, kelepaskan semuanya, rasa penasaran, rasa sakit, dan segala keganjilan yang selama ini menghantui hariku. Kenyataan pahit yang menjawab semuanya,

Kenyataan mengenai kanker yang diderita Ryan menghujamku, rasa bersalah mendominasi, penyakit yang sudah pasti berujung pada kematian, ini dasar dari sikap tante Dira, alasan dari perkataan dan tingkahmu yang ganjil, ini salah ku, jika aku bisa kembali  dihari itu, hari terakhir kau nyatakan perasaanmu, aku akan menerimamu tanpa ragu sedikitpun, aku terlalu bodoh menjadikan keterbatasan sebagai alasan, aku memang bodoh.
Aku menangis sejadi jadinya, bahkan berteriak histeris, tak peduli berpuluh pasang mata menatapku heran, yang kupedulikan hanya hatiku, hanya perasaanku.

20 Desember 2011,
"Hari ini, tepat hari ulang tahun mu, dan akhirnya setelah tiga tahun aku menemukanmu, ulang tahun kita yang hanya berselisih satu hari, nama kita yang tak jauh berbeda, dan hati kita yang jelas sama. Kau benar kita memang cocok, Ryan selamat ulang tahun, sejauh apapun kamu pergi, kamu akan tetap bersamaku kan didalam gantungan kunci ini…"
Aku bersimpuh diantara rintikan hujan yang tengah mengguyur kota, tepat dihadapanku gudukan tanah dengan batu nisan berukirkan nama mu 'Ryan', kubuka genggamanku menatap lekat gantungan kunci lumba lumba darimu, 'tes' bukan air hujan melainkan air mataku yang meresap kedalamnya, kuhempaskan payung hitam yang ku genggam kuberadu bersama hujan, kudongakkan kepalaku, langit mendung kelabu, tepat disana cahya mentari samar terlihat, bersama wajahmu yang tersenyum untukku


FIN

Rabu, 10 September 2014

Solusi untuk Mata Minus

A. Penyebab Utama Mata Minus

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mata khususnya mata minus, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pola hidup yang buruk
Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti mempunyai sebab dan akibatnya. Begitupun dengan mata minus, mengapa mata anda bisa minus? Pasti ada pula penyebabnya. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan, mempunyai resiko lebih besar untuk terkena penyakit mata minus ketimbang orang yang hidup dan tinggal di pedesaan. Sobat inner tahu gak kenapa? 

Karena sebagian besar masyarakat diperkotaan banyak menghabiskan waktu di tempat atau kegiatan dengan jarak pandang yang tidak jauh. Selai itu juga karena beraktivitas didepan layar monitor dengan waktu yang tidak sebentar. Sehingga ini akan menyebabkan otot mata yang mengatur fokus mata dan lama-kelamaan akan terbiasa dengan kondisi seperti itu. Akibatnya pada saat melihat objek yang jauh, mata tidak berfungsi dengan baik, karena sudah terbiasa melihat objek dengan jarak yang dekat. 

2. Faktor Genetika (Keturunan)
Jika anda mempunyai mata minus, maka cobalah anda lihat apakah ada salah satu anggota keluarga anda yang mempunyai mata minus? Misalnya ayah, ibu dsb. Jika memang ada, berarti penyebab mata minus anda adalah karena faktor keturunan.

3. Kurang Istirahat
Mata rabun atau minus juga dapat disebabkan oleh kurangnya istirahat. Sama seperti anda, mata juga membutuhkan istirahat. Jadi jangan terlalu memaksakan mata anda untuk bekerja keras. Usahakan jangan duduk didepan layar monitor/komputer dalam waktu yang terlalu lama dan lakukan tidur yang cukup

4. Pola makan yang kurang baik
Pola makan anda yang buruk dapat menyebabkan kerusakan pada mata. Misalnya karena kekurangan mengkonsumsi sayuran misalnya wortel akhirnya anda kekurangan vitamin A dan akibatnya mata anda mengalami kerusakan.

Sebenarnya masih ada hal lain yang bisa menyebabkan mata minus, namun karena hari ini saya tidak punya cukup waktu untuk menulis, jadi saya cukupkan ini dulu, selebihnya saya bahas lagi dalam artikel selanjutnya ok.

B. Cara Menyembuhkan Mata Minus

Setelah kita mengetahui beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata, sekarang kita akan membahas apa saja sih yang dapat kita lakukan agar mata minus/rabun kita berkurang, bahkan sembuh? Ok tanpa panjang lebar, yuk kita simak beberapa tips mengobati mata minus dibawah ini :
  1. Tips pertama yaitu, cobalah lepaskan kacamata yang anda pakai jika dirasa kurang diperlukan, seperti saat anda berada di ruangan yang sempit dan tidak sedang bekerja tentunya. Anda dapat melakukan hal ini jika masih bisa melihat dengan jelas walau pun tanpa memakai kacamata.
  2. Kemudian, anda dapat melatih mata untuk melihat suatu benda atau objek yang jauh tanpa menggunakan kacamata. Misalnya anda dapat pergi ke tempat seperti sawah, bukit dsb, karena tempat-tempat tersebut memiliki sudut pandang yang jauh.
  3. Selanjutnya anda juga dapat melatih mata untuk melihat benda-benda yang bergerak. Misalnya, ketika anda berada di jalan raya, anda bisa mengamati orang-orang, motor ataupun mobil yang berlalu lalang di sekitar anda. Lihat dan perhatikan setiap gerakannya, usahakan bayangan yang anda lihat adalah utuh tidak rabun
  4. Mata minus juga dapat disembuhkan dengan daun sirih, caranya sangat mudah. Kita hanya perlu 2 lembar daun sirih, kemudian cuci bersih daun sirih tersebut dan tempel dimata anda setap kali anda tidur. Lakukan cara ini dengan rutin untuk mendapatkan hasil maksimal
  5. Jika anda terbiasa bekerja di depan komputer, usahakan setiap 25 menit, luangkan waktu untuk beranjak dari tempat duduk anda mungkin untuk sekedar mengambil air minum dan cobalah untuk melihat keluar jendela / luar rumah, lihat lingkungan sekitar anda.
  6. Satu lagi tips unik yaitu dengan melakukan terapi lilin, caranya cukup mudah. Anda hanya pelu menyalakan lilih dan tataplah lilin tersebut tanpa banyak berkedip dan tunggulah hingga keluar banyak air mata anda. Walaupun terbilang sederhana, tapi katanya trapi ini cukup manjur. Tapi entahlah saya juga belum pernah membuktikan cara yang ini. Tapi tidak ada salahnya juga untuk dicoba :)
  7. Jangan lupa untuk membersihkannya mata anda, jika perlu, anda bisa menggunakan tetes mata agar mata terhindar dari kotoran dan bakteri.
  8. Pakailah helm /kaca mata ketika anda berkendara, tujuannya yaitu untuk mencegah debu masuk ke mata.
  9. Bila perlu anda juga bisa mengkonsumsi wortel ataupun makanan yang berbahan wortel misalnya, sayur sop, jus wortel dsb.

Cukup mudah bukan? selain mudah juga sangat murah meriah. Namun ingat, lakukan tips diatas secara rutin dan teratur agar hasil yang di dapatkan juga maksimal. Bagaiaman, apakah anda sudah siap untuk mencobanya? Akhir kata saya ucapkan selamat mencoba dan semoga Alloh memberikan kesembuhkan bagi anda yang sedang diserang penyakit, khususnya yang mengidap penyakit mata minus ini.

sumber: http://inkesehatan.blogspot.com/

9A